Olahraga, Nusantara Media - Pembalap muda asal Irlandia, Alex Dunne, tengah menjalani pembicaraan intensif dengan tim Alpine untuk mengisi peran cadangan di Formula 1 musim 2026. Keputusan ini muncul setelah ia meninggalkan program pengembangan pembalap McLaren pada Oktober lalu, di tengah spekulasi yang gagal mengarah ke Red Bull. Perkembangan terkini per 9 Desember 2025 menunjukkan negosiasi dengan manajer sementara Alpine, Flavio Briatore, berjalan positif, meski tantangan lisensi super FIA masih menjadi hambatan utama.

Karier Dunne di level junior telah menunjukkan kilauan luar biasa. Pada musim Formula 2 2025, ia finis di posisi kelima dengan 150 poin, meraih dua kemenangan di Bahrain dan Imola, serta delapan podium. Selain itu, ia mengikuti dua sesi latihan bebas F1 untuk McLaren di Austria dan Italia, mencatat waktu kompetitif yang menarik perhatian tim-tim besar. Namun, kepergiannya dari McLaren disebabkan perbedaan visi masa depan, yang membuka peluang baru di tengah transisi besar di dunia Formula 1.

Perpisahan dengan McLaren terjadi secara mutual, tepat sebelum Grand Prix Singapura. Di sisi lain, rumor transfer ke Red Bull muncul selama akhir pekan Monza, didorong oleh minat Helmut Marko. Namun, keputusan unilateral Marko—yang kini meninggalkan Red Bull per akhir 2025—diblokir oleh manajemen senior tim, meninggalkan Dunne dalam limbo. Akibatnya, negosiasi dengan Alpine, yang sempat terhenti, kini dilanjutkan. Tim asal Enstone ini, yang finis terbawah di klasemen konstruktor 2025, membutuhkan talenta muda untuk program pengembangannya, terutama dengan potensi kepergian Jack Doohan.

Dalam balapan penutup F2 di Abu Dhabi akhir pekan lalu, Dunne terlibat insiden di lap kedua feature race. Ia bertabrakan dengan Victor Martins dari ART Grand Prix di Turn 7, menyebabkan keduanya berputar dan ditabrak Cian Shields dari AIX Racing. Ketiga pembalap mundur, dan Dunne menerima penalti 10 detik serta dua poin penalti, membawa totalnya menjadi 12—cukup untuk suspensi satu ronde di 2026, meski poin ini kadaluarsa akhir musim. Insiden ini memperburuk posisinya, karena finis top-tiga diperlukan untuk 40 poin lisensi super FIA penuh; ia kini bergantung pada dispensasi berdasarkan performa FP1 dan F2-nya.

"Kami sangat terkesan dengan kecepatan dan adaptasi Alex di sesi F1 tahun ini," ujar Flavio Briatore, penasihat eksekutif Alpine, dalam pernyataan resmi pada 8 Desember 2025. "Ia bisa menjadi aset berharga untuk pengembangan mobil 2026 kami, sambil melanjutkan di F2 dengan Rodin Motorsport." Kutipan ini menegaskan komitmen Alpine, yang melihat Dunne sebagai cadangan potensial di samping Paul Aron, meski tanpa lisensi penuh, ia terbatas pada sesi latihan bebas.

Analisis mendalam menunjukkan perjalanan Dunne mencerminkan dinamika ketat di akademi F1. Berbeda dengan junior Red Bull seperti Isack Hadjar yang naik ke tim utama, penolakan dari Milton Keynes—akibat politik internal pasca-keputusan Marko—membuka jalan bagi Alpine. Tim Prancis ini, di bawah tekanan pembaruan regulasi 2026, membutuhkan pembalap serba bisa untuk simulasi dan pengujian. Dampaknya? Bagi Dunne, peran ini bisa mempercepat debut F1-nya, mirip Oliver Bearman di Haas. Namun, di sisi lain, suspensi awal 2026 di Melbourne berisiko menghambat momentum, kecuali FIA memberikan kelonggaran berdasarkan bukti kemampuan.

Lebih luas, kepergian Marko dari Red Bull menandai era baru. Pria 82 tahun itu, yang mendatangkan empat juara dunia, meninggalkan kekosongan di pengembangan talenta. Bagi Formula 1 secara keseluruhan, ini mendorong tim seperti Alpine untuk lebih agresif merekrut junior independen seperti Dunne. Perbandingan dengan rival seperti McLaren, yang gagal mempertahankannya, menyoroti pentingnya komitmen jangka panjang. Sentimen publik di media sosial, berdasarkan pencarian terkini, menunjukkan dukungan kuat dari penggemar Irlandia, yang melihat ini sebagai langkah menuju "pembalap nasional pertama di F1 grid."

Secara keseluruhan, negosiasi Dunne dengan Alpine menjanjikan babak baru di kariernya, meski dengan rintangan lisensi. Dengan kontrak F2-nya aman di Rodin, ia punya platform untuk membuktikan diri. Ke depan, keberhasilan tergantung dispensasi FIA dan performa pra-musim. Bagi Formula 1 2026, talenta seperti ini bisa jadi kunci perubahan, terutama di tengah transisi mesin hybrid. Simak update selengkapnya hanya di Nusantara Media.