Formula 1, Nusantara Media – Max Verstappen secara terbuka menyatakan ketidaksetujuannya terhadap keputusan Red Bull yang mendepak Liam Lawson hanya setelah dua balapan di musim 2025. Pernyataan ini menyoroti isu evaluasi pembalap muda di tim papan atas, di mana tekanan performa sering kali mengalahkan proses adaptasi.

Verstappen, dalam wawancara dengan Viaplay, mengungkapkan bahwa ia tidak banyak memengaruhi pilihan rekan setimnya. Namun, ia secara spesifik menentang keputusan tersebut karena hanya dua balapan dianggap terlalu singkat untuk menilai potensi Lawson. "Dua balapan sebagai rekan setim, saya tidak setuju dengan itu saat itu," ujar Verstappen. "Anda membunuh peluang seseorang di tim top, tapi harus saya akui bahwa Liam pulih dengan baik di Racing Bulls."

Selain itu, Lawson dipromosikan dari Racing Bulls untuk menggantikan Sergio Perez di awal 2025, tetapi performanya di Australia dan China – sirkuit yang belum pernah ia taklukkan di F1 – serta karakter RB21 yang sulit, membuatnya dikembalikan ke tim junior. Yuki Tsunoda kemudian naik ke Red Bull, sementara Lawson berhasil bangkit dan akan memimpin Racing Bulls di 2026 bersama rookie Arvid Lindblad.

Analisis lebih dalam menunjukkan bahwa keputusan ini mencerminkan pendekatan agresif Red Bull dalam program juniornya. Meski Lawson kesulitan awal, pemulihannya di Racing Bulls membuktikan potensinya, sementara Verstappen menekankan pentingnya kesabaran pada trek asing dan mobil baru.

"You kill someone's chance at a top team," kata Verstappen. Kutipan ini menegaskan pandangannya bahwa evaluasi prematur dapat menghambat pengembangan talenta, terutama di era regulasi ketat di mana adaptasi memerlukan waktu lebih.

Dampak jangka panjang terlihat pada lineup 2026, di mana Lawson dipertahankan sebagai pemimpin Racing Bulls, sementara Isack Hadjar naik ke Red Bull bersama Verstappen. Hal ini menandai transisi generasi di keluarga Red Bull, dengan fokus pada pembalap muda untuk menghadapi regulasi baru.

Secara keseluruhan, kritik Verstappen membuka diskusi tentang keseimbangan antara hasil instan dan investasi jangka panjang di Formula 1. Prospek Lawson di 2026 tetap cerah, sementara Red Bull terus menyesuaikan strategi untuk mempertahankan daya saing.

Kunjungi Nusantara Media untuk analisis mendalam seputar Formula 1 dan motorsport lainnya.