Tim SAR menghentikan operasi pencarian dan pertolongan terhadap Casmito (50), nelayan asal Teluk Labuan, Pandeglang, Banten, yang diduga tenggelam setelah kapalnya tertabrak kapal batubara di perairan Selat Sunda. Penghentian pada hari kedua ini terjadi karena cuaca ekstrem, dengan gelombang tinggi dan angin kencang, mengancam keselamatan tim.
Rizki Dwianto, Kepala Seksi Operasi Pencarian Provinsi Banten, menjelaskan bahwa tim merencanakan operasi di tiga zona dengan luas total 34.000 km², menggunakan empat kapal patroli (nomor 1 hingga 4). Namun, kondisi iklim yang buruk memaksa tim menghentikan misi. “Kami mengutamakan keselamatan tim. Gelombang tinggi dan angin kencang membuat operasi terlalu berisiko,” ujar Rizki,
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Nelayan setempat menyebut area ini sering menjadi lokasi penangkapan ikan bagi perahu kecil, meskipun berisiko tinggi akibat lalu lintas kapal besar.
Majid, nelayan asal Cilurah Carita, Pandeglang, berbagi pengalaman melaut selama puluhan tahun di Selat Sunda. Ia menjelaskan bahwa kapal 4 GT seperti milik Casmito biasanya beroperasi pada jarak 10-15 mil dari pantai, namun beberapa nelayan mengejar ikan hingga 20 mil, memasuki jalur internasional. “Tanker batubara sering melintas di utara, mulai 15 mil ke atas. Jika nelayan istirahat di tengah laut tanpa lampu menyala, itu sangat berbahaya, terutama malam hari,” kata Majid.
Majid menekankan pentingnya menjaga lampu kapal tetap menyala, bahkan saat beristirahat. “Saya selalu menyalakan lampu kapal saat melaut hingga 12-20 mil. Ini membantu mencegah kecelakaan, terutama di jalur sibuk,” ujarnya. Ia menduga kecelakaan Casmito terjadi karena lampu kapal mati atau pelanggaran aturan pelayaran di zona terlarang.
Cuaca ekstrem di perairan Banten terus menjadi tantangan bagi nelayan tradisional. Gelombang setinggi 2-3 meter dalam beberapa hari terakhir memaksa ratusan perahu merapat di dermaga Teluk Labuan. Keluarga Casmito kini menanti kabar dengan harapan operasi SAR dapat berlanjut secepatnya setelah cuaca membaik. Basarnas Banten menegaskan komitmen mereka untuk melanjutkan evakuasi, meskipun tantangan alam tetap menjadi kendala utama.
Penulis : AA