Lebak, Nusantara Media – Kondisi rumah tidak layak huni (RTLH) masih menjadi masalah serius di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Salah satu kisah pilu datang dari Abah Sa'i, lansia berusia 83 tahun, yang tinggal di Kampung Babakan Kembang, Desa Lebak Keusik, Kecamatan Banjarsari.

Rumah sederhana berukuran 6x20 meter atap dan dinding dari bilik bambu yang sudah rapuh ini kini ditempati oleh tiga keluarga sekaligus. Rumah tersebut disekat menjadi petak-petak kecil per keluarga, tanpa privasi yang memadai.

Penghuni rumah ini merupakan keturunan 
Abah sa'i dan almarhumah Rukmanah yang memiliki 14 anak. Di antaranya adalah Siti Patimah (38 tahun) bersama suaminya Adih (39 tahun), serta Yayah (30 tahun) bersama suaminya Hendri (36 tahun).

Menurut keterangan keluarga, mereka belum pernah menerima bantuan pemerintah apa pun, termasuk program bedah rumah atau BPJS Kesehatan gratis bagi warga miskin. Padahal, kondisi rumah sangat memprihatinkan: atap mudah bocor saat hujan, dan dinding bambu semakin rapuh serta berisiko roboh kapan saja.

Kondisi serupa banyak ditemui di wilayah pedesaan Lebak, di mana ribuan warga lansia dan keluarga miskin masih menempati RTLH. Data terbaru menunjukkan masih ada puluhan ribu rumah tidak layak huni di kabupaten ini, meski pemerintah daerah dan provinsi terus menggulirkan program bedah rumah.

Meski ada upaya dari Pemkab Lebak dan Pemprov Banten untuk menangani RTLH melalui anggaran APBD dan kolaborasi dengan Baznas, belum semua warga terjangkau, terutama di kampung terpencil seperti Desa Lebak Keusik.

Kisah Abah Sa'i dan keluarganya menjadi pengingat pentingnya perhatian lebih dari pemerintah, masyarakat, dan dermawan terhadap warga kurang mampu. Semoga ini dapat mendorong bantuan segera, sehingga mereka bisa memiliki hunian yang lebih layak, aman, dan nyaman.