Olahraga, Nusantara Media - Legenda MotoGP tiga kali juara dunia, Jorge Lorenzo, menyarankan Pecco Bagnaia untuk berkonsultasi dengan psikolog olahraga guna mengatasi kemerosotan performa di musim 2025 bersama Ducati. Pernyataan ini disampaikan Lorenzo dalam wawancara eksklusif pada 9 Desember 2025, di mana Bagnaia finis kelima klasemen pembalap dengan 241 poin, tertinggal 257 poin dari juara dunia Marc Marquez. Selain itu, Bagnaia hanya meraih dua kemenangan grand prix sepanjang tahun, kontras dengan 11 kemenangan di 2024.

Musim 2025 menjadi mimpi buruk bagi Bagnaia, yang memulai karier dengan harapan tinggi sebagai pembalap utama Ducati. Di sisi lain, kedatangan Marquez ke tim pabrikan sejak awal tahun langsung mengubah dinamika internal. Bagnaia mengeluhkan kurangnya kepercayaan diri pada bagian depan motor GP25, yang menyebabkan inkonsistensi ekstrem. Akibatnya, ia gagal mencetak poin di lima grand prix terakhir, termasuk pensiun berturut-turut di Valencia akibat tabrakan dengan Johann Zarco. Perubahan setup, seperti penyesuaian geometri kurang dari dua sentimeter di Hungaria, sempat memberi harapan, tetapi tidak cukup untuk membalikkan tren negatif.

Lorenzo, yang pernah mengalami tekanan serupa selama kariernya, melihat kemerosotan Bagnaia bukan hanya teknis, melainkan dominan mental. "Bagnaia berada di posisi sempurna di Ducati: juara dunia dua kali, pembalap Italia, motor Italia, nomor satu," ungkap Lorenzo kepada Moto.it pada 9 Desember 2025. "Marquez datang dan langsung lebih cepat, itu membuat gugup, hilang kepercayaan diri, mulai ragu-ragu banyak, dan kehilangan antusiasme."

Kutipan Lorenzo ini menekankan urgensi intervensi eksternal. "Menurut saya, Pecco telah kehilangan kepercayaan diri dan antusiasme ini; dia agak terlalu negatif. Dia perlu mengembalikan keceriaannya segera; kalau tidak, dia berisiko kesulitan dengan kontrak selanjutnya." Selain itu, Lorenzo menambahkan, "Mari berharap tiga bulan liburan, mencoba motor agak baru, akan membantunya. Istirahat, punya waktu untuk melepaskan diri dari pikiran negatif. Tapi saya pikir Bagnaia butuh seseorang dari luar untuk membantunya: pelatih, Valentino dari VR46, pergi ke psikolog olahraga."

Analisis mendalam mengungkap bahwa saran Lorenzo ini relevan dengan pola historis di MotoGP, di mana faktor mental sering jadi penentu. Bandingkan dengan Andrea Dovizioso pada 2017, yang bekerja sama dengan psikolog dan mengubah pola pikirnya, sehingga meningkatkan kepercayaan diri tanpa perubahan teknis signifikan. Bagi Bagnaia, yang finis ketiga di klasemen 2024 dengan 498 poin, kemerosotan 2025—hanya 241 poin dan nol poin sprint—mencerminkan dampak kedatangan Marquez, yang meraih 11 kemenangan grand prix dan 14 sprint. Di sisi lain, Ducati kesulitan menjelaskan isu Bagnaia, meski data menunjukkan feedbacknya tidak selaras dengan rekaman motor. Dampaknya? Tanpa pemulihan mental, Bagnaia berisiko kehilangan status prioritas di tim untuk 2026, terutama dengan regulasi baru yang menuntut adaptasi cepat.

Lebih luas, sentimen publik di platform X per 9-10 Desember 2025 menunjukkan dukungan kuat bagi saran Lorenzo. Penggemar Italia, misalnya, memposting, "Lorenzo benar, Pecco butuh reset mental seperti Dovi dulu—jangan biarkan Marquez hancurkan semangatnya." Ini mencerminkan narasi MotoGP sebagai olahraga di mana tekanan internal tim seperti Ducati bisa mempercepat penurunan, serupa kasus Lorenzo sendiri saat bersaing dengan Valentino Rossi di Yamaha. Bagi MotoGP secara keseluruhan, diskusi ini mendorong kesadaran akan kesehatan mental pembalap, terutama di era dominasi Ducati yang finis pertama di konstruktor 2025 dengan 650 poin.

Secara keseluruhan, saran Lorenzo menjadi panggilan darurat bagi Bagnaia untuk bangkit di 2026. Dengan tes pramusim di Sepang mulai Februari, integrasi psikolog olahraga bisa jadi kunci mengembalikan antusiasme dan kecepatan. Ke depan, keberhasilan tergantung komitmen Ducati mendukung reset ini, memastikan rivalitas internal dengan Marquez justru memicu kemajuan. Simak update selengkapnya hanya di Nusantara Media.