Bekasi, Nusantara.media – Aksi premanisme kembali mencoreng upaya persiapan mudik nasional 2025. Seorang pria yang mengaku sebagai anggota organisasi masyarakat (ormas) secara arogan melarang tim relawan kemanusiaan untuk mendirikan posko mudik.
Insiden ini bermula ketika tim relawan dari Jurpala Indonesia (KOSMI) hendak membangun posko mudik di area yang telah ditentukan sebagai bagian dari upaya membantu kelancaran dan keamanan arus mudik 2025. Namun, saat proses persiapan berlangsung, seorang pria yang mengenakan kopiah dan berpakaian hitam tiba-tiba mendekati tim relawan.
Dengan nada tinggi dan penuh ancaman, pria tersebut berteriak, “Iya ga boleh, ga boleh diriin tenda di sini, harus ijin gua, mau apa lu,” ucapnya, seperti ditirukan Farhan, salah satu relawan yang berada di lokasi kejadian. Tindakan intimidasi ini membuat Farhan dan rekan-rekannya merasa ketakutan dan terancam.
Farhan, yang merasa tertekan dengan situasi tersebut, segera melaporkan insiden ini kepada pihak berwenang. “Kami hanya ingin membantu para pemudik agar merasa aman dan nyaman. Namun, tindakan intimidasi seperti ini jelas menghambat upaya kami,” ungkap Farhan saat diwawancarai.
Kejadian ini menimbulkan diskusi mendalam di kalangan masyarakat dan relawan terkait kesiapan posko mudik yang seharusnya menjadi fasilitas penting bagi para pemudik. Banyak yang berpendapat bahwa aksi premanisme semacam ini tidak hanya merugikan relawan, tetapi juga dapat mengganggu kelancaran arus mudik yang sudah menjadi tradisi tahunan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak ormas terkait kejadian ini. Pihak kepolisian Polsek Cikarang Timur juga belum memberikan pernyataan resmi terkait laporan yang diterima. Masyarakat pun menuntut agar pihak kepolisian segera mengusut tuntas kasus ini dan menindak tegas pelaku intimidasi.
“Ini adalah masalah serius yang harus ditangani. Kami berharap pihak kepolisian dapat segera mengambil tindakan agar kejadian serupa tidak terulang kembali demi kelancaran dan keamanan mudik nasional 2025,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Penulis : David