Bandung, Nusantara Media — Peringatan Hari Kartini yang seharusnya diisi dengan semangat kesetaraan dan perlindungan hak perempuan justru dinodai aksi represif di Kampung Sukahaji, Kota Bandung. Sejumlah warga, didominasi ibu-ibu, dan kelompok solidaritas menjadi korban kekerasan fisik serta ancaman dari sekelompok orang yang diduga berasal dari organisasi masyarakat (ormas). Insiden ini terjadi di tengah ketegangan menyusul rencana pemagaran lahan yang masih menjadi sengketa.
Dilangsir laporan media “Narasi” dan kesaksian warga, kelompok ormas telah berkumpul sejak pagi di lokasi lahan yang diklaim masih dalam konflik kepemilikan. Warga yang khawatir akan adanya pengambilalihan sepihak kemudian mendatangi lokasi untuk berdialog. Namun, situasi memanas sekitar pukul 12.00 WIB saat ormas mulai membentak, mengancam, dan melakukan pemukulan terhadap sejumlah warga.
Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan seorang ibu paruh baya menjadi korban pemukulan oleh beberapa orang berpakaian preman. Korban terlihat terjatuh sementara massa terus menyerang hingga warga lain berusaha melerai. Identitas korban belum dipublikasikan secara resmi, namun kondisi dilaporkan sedang menjalani perawatan di puskesmas setempat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Mereka tiba-tiba marah dan mulai mendorong kami. Saya hanya bertanya kenapa mau memagar lahan ini, tapi malah diancam dan dipukul,” ujar Siti (45), salah seorang saksi mata, kepada Awak media,
Lokasi kejadian merupakan lahan yang telah lama menjadi sumber konflik antara warga Sukahaji dengan pihak ketiga. Warga mengklaim telah menempati area tersebut secara turun-temurun, sementara ormas diduga mewakili pihak yang mengaku memiliki sertifikat kepemilikan. Pemagaran lahan tanpa koordinasi dengan warga memicu protes yang berujung kekerasan.
Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Arief Syarifudin, mengaku telah menerima laporan dan sedang mengumpulkan bukti. “Kami akan mengusut tuntas pelaku kekerasan dan memastikan proses hukum berjalan objektif,” tegasnya. Polisi juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menengahi sengketa lahan.
Insiden ini menuai kecaman luas, terutama karena terjadi di hari yang seharusnya menghormati perjuangan RA Kartini. Aktivis perempuan, Ninis Chairani, menyebut tindakan represif terhadap ibu-ibu Sukahaji sebagai “pengkhianatan terhadap semangat Kartini”.
Hingga berita ini diturunkan, puluhan anggota solidaritas masih berjaga di lokasi untuk mendampingi warga. Masyarakat mendesak pemerintah dan aparat keamanan mengambil langkah tegas agar konflik tidak meluas.
Penulis : David
Editor : Admin