Hutan Lingga Terancam: Menyelami Krisis Ekosistem akibat Ekspansi Perkebunan Sawit

- Writer

Rabu, 22 Oktober 2025 - 19:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

gambar media - 1

gambar media - 1

Lingga, Nusantara Media

Pepatah Melayu kuno, “Alamat kapal akan tenggelam,” kembali bergema di tengah kabar pembukaan besar-besaran hutan di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, untuk perkebunan sawit. Ungkapan ini mengandung makna mendalam: perusakan alam hanya menunggu waktu untuk memicu bencana. Hutan Lingga, yang selama ini menjadi penyangga air dan rumah bagi satwa, kini terancam oleh deru alat berat yang merobohkan pohon demi lahan sawit.

Hutan Lingga, yang dikenal sebagai jantung ekosistem Kepulauan Riau bagian timur dan utara, menghadapi ancaman serius akibat deforestasi. Pohon-pohon yang menjadi sumber pangan, obat tradisional, dan habitat satwa liar kini berganti dengan lahan monokultur sawit. Peneliti lingkungan Hasbi Muhammad memperingatkan bahwa konversi hutan ini tidak hanya mengurangi tutupan pohon, tetapi juga menghapus biodiversitas dan meningkatkan emisi karbon, terutama jika hutan primer atau lahan gambut terdampak.

Pembukaan lahan sawit memicu erosi tanah dan sedimentasi yang mengganggu aliran sungai serta ekosistem muara. Limbah cair sawit, dikenal sebagai Palm Oil Mill Effluent (POME), mencemari perairan, merusak padang lamun dan terumbu karang—tempat ikan bertelur dan berkembang. Akibatnya, nelayan pesisir Lingga mengalami penurunan hasil tangkapan, mengancam mata pencaharian mereka.

Ekspansi sawit juga membawa risiko pencemaran lingkungan dan emisi karbon.  Hal ini mempercepat perubahan iklim, yang berdampak pada cuaca ekstrem dan kerusakan lingkungan jangka panjang.

Baca Juga :  BPIKPNPARI Ultimatum KPK: Segera Tindak Korupsi Pejabat Lingga, Aksi Damai Siap Digelar

Mereka melawan ekspansi sawit dengan suara dan aksi tanpa kekerasan, menegaskan bahwa hutan bukan sekadar lahan investasi, melainkan warisan budaya dan sumber kehidupan. Merry menulis, “Hutan Lingga adalah paru-paru terakhir Kepulauan Riau. Di sana air menetes menjadi sungai, udara tersaring menjadi napas, dan tanah menjadi sumber kehidupan.”

Di tengah janji investasi dan pembangunan, suara masyarakat Lingga menjadi pengingat bahwa hutan adalah identitas budaya dan penyangga kehidupan. Pepatah “alamat kapal akan tenggelam” bukan sekadar peringatan, tetapi panggilan untuk bertindak. Melindungi hutan Lingga berarti menjaga keberlanjutan ekosistem dan warisan untuk generasi mendatang.

Penulis : Awang Sukowati

Follow WhatsApp Channel nusantara.media untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pangdam XIX/Tuanku Tambusai Disambut Hangat di Bandara Hang Nadim Batam
Hari Santri Nasional 2025: MWC NU Sekupang Gelar Maulidurrasul Penuh Keberkahan
H. Darma Setiawan Alokasikan Beasiswa PIP untuk Pelajar dan Mahasiswa Kepulauan Riau
Rehabilitasi SD Negeri 011 Singkep Diduga Bermasalah: Material Lama Digunakan Kembali
Rotasi dan Mutasi Pejabat Kejaksaan: Kajari Lingga Amriyata Pindah ke Serdang Bedagai
Penetapan RKP des Th 2026 dan Perubahan RKPdes Th 2025 berlangsung dengan Sukses.
Yusril Ihza Mahendra Akan Kunjungi Lingga: Menelusuri Hubungan Historis Bangka dan Lingga
Minim Penanganan Korupsi di Lingga: Kejari Hanya Tangani Satu Kasus dalam Dua Tahun

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 19:23 WIB

Hutan Lingga Terancam: Menyelami Krisis Ekosistem akibat Ekspansi Perkebunan Sawit

Senin, 20 Oktober 2025 - 16:23 WIB

Hari Santri Nasional 2025: MWC NU Sekupang Gelar Maulidurrasul Penuh Keberkahan

Kamis, 16 Oktober 2025 - 14:52 WIB

H. Darma Setiawan Alokasikan Beasiswa PIP untuk Pelajar dan Mahasiswa Kepulauan Riau

Rabu, 15 Oktober 2025 - 20:51 WIB

Rehabilitasi SD Negeri 011 Singkep Diduga Bermasalah: Material Lama Digunakan Kembali

Senin, 13 Oktober 2025 - 21:42 WIB

Rotasi dan Mutasi Pejabat Kejaksaan: Kajari Lingga Amriyata Pindah ke Serdang Bedagai

Berita Terbaru