Akun Instagram @savesmanfourkotser viral setelah mengungkap dugaan pelanggaran berat di SMAN 4 Kota Serang, Banten. Konten tersebut menyoroti kasus pelecehan seksual oleh oknum guru, intoleransi, pungutan liar (pungli), hingga intimidasi terhadap siswa yang diduga terjadi bertahun-tahun tanpa penanganan serius.
Beberapa alumni mengaku kasus pelecehan seksual sudah terjadi lama, bahkan melibatkan siswa dari berbagai angkatan. Namun, laporan kerap ditanggapi dengan ucapan meremehkan seperti, “Sudah ya, dimaafkan saja, jangan bilang orang tua.”
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Mantan Kepala Sekolah Ade Suparman mengklaim masalah tersebut telah diselesaikan secara internal dan kekeluargaan. Plt Kepala Sekolah Nurdiana Salam juga menyatakan bahwa pihak sekolah memilih jalur perdamaian alih-alih hukum.
Akun tersebut juga mengkritik dugaan pungutan liar, seperti:
– Kewajiban membeli LKS, buku Ramadan, dan seragam sekolah dengan harga tinggi tanpa kwitansi resmi.
– Program One Day One Thousand (ODOT) yang dinilai tidak transparan, memaksa siswa berjualan untuk biaya lomba ekstrakurikuler.
Sekolah dituding intoleran setelah meminta OSIS menghapus unggahan ucapan Kenaikan Isa Almasih. Akun resmi sekolah @sman4kotasrg juga tidak memuat ucapan hari besar non-Islam.
Selain itu, siswa yang membagikan ulang kritik diintimidasi, sementara kondisi kelas padat (lebih dari 50 siswa/ruang) tanpa ventilasi memadai.
Merespons viralnya kasus ini, Plt Kepala Dindikbud Banten Lukman memastikan pihaknya akan menyelidiki semua dugaan, termasuk:
– Pelecehan seksual
– Pungli
– Intoleransi
– Intimidasi
Lukman menegaskan, “Kita telusuri betul. Jangan sampai ada yang terfitnah.” Meski sekolah sudah mengklarifikasi via YouTube dan TikTok, investigasi tetap berjalan.
Jika diperlukan, Dindikbud akan melibatkan DP3AKB, BKD, atau lembaga hukum. “Kalau perlu ke jalur lain, ya kita lanjutkan,” tegasnya.
Penulis : Sandi