Nusantara Media – BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) mencatat bahwa dunia pergaulan remaja Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks.
Berdasarkan data yang dirilis pada 2024, gaya pacaran remaja kini tidak hanya melibatkan interaksi emosional, tetapi juga memicu perilaku berisiko.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah meningkatnya angka hubungan seksual di luar pernikahan di kalangan remaja, meskipun angka pernikahan dini cenderung menurun.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, mengungkapkan bahwa pernikahan dini di Indonesia menunjukkan penurunan yang signifikan dalam sepuluh tahun terakhir.
Dari angka semula 40 per 1.000 penduduk, kini turun menjadi 26 per 1.000 penduduk. Meski demikian, Hasto menilai angka tersebut masih tergolong tinggi.
“Bisa dibayangkan kalau setiap 1.000 perempuan itu yang hamil di usia 15-19 tahun itu ada 26. Kalau 100.000 sudah ada 2.600. Kalau 1 juta sudah 26.000. Apa nggak diatasi seperti itu? Kan harus diatasi,” jelas Hasto, yang dilansir oleh VOI pada Selasa (4/2/2025).
Hasto juga menjelaskan bahwa usia rata-rata perempuan menikah kini mengalami perubahan menjadi 22 tahun, dari sebelumnya yang berada di bawah usia 20 tahun.
“Ini kabar baik, karena pernikahan di usia muda meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti perdarahan, kelahiran prematur, berat badan bayi rendah (BBLR), bahkan kematian ibu dan bayi,” ungkapnya.
Namun, Hasto menyoroti fenomena yang cukup mengkhawatirkan.
“Hanya yang perlu dikritik itu hubungan seksnya itu maju (meningkat),” tegasnya.
Risiko Gaya Pacaran Remaja dan Peningkatan Perilaku Seksual

Usia pertama kali berhubungan seksual di kalangan remaja semakin menurun.
Hasto mengungkapkan bahwa meskipun rata-rata usia pernikahan kini mencapai 22 tahun, hubungan seksual pertama kali pada remaja terjadi pada rentang usia 15-19 tahun, yang menunjukkan adanya peningkatan perzinahan.
Ia menganggap hal ini sebagai masalah besar yang harus segera mereka tangani.
Data BKKBN menunjukkan bahwa 59% remaja perempuan dan 74% remaja laki-laki telah berhubungan seksual pada usia 15-19 tahun.
Fenomena ini menggambarkan bahwa seks bebas semakin berkembang di kalangan generasi muda.
Sebuah survei dari HonestDocs yang melibatkan 6.877 responden pada 2023 menunjukkan adanya peningkatan perilaku seksual masyarakat Indonesia.
Hal ini termasuk frekuensi hubungan intim dan masturbasi, yang semakin menimbulkan kekhawatiran.
Di sisi lain, Edi Setiawan, Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN, juga mengungkapkan perhatian terhadap berbagai risiko yang dihadapi para remaja.
“Perilaku berisiko remaja mencakup kehamilan remaja usia 15-19 tahun yang mencapai 36 per 1.000 remaja putri, pernikahan dini 7%, hingga kasus aborsi yang mencapai 750 ribu hingga 1,5 juta setiap tahun,” ungkap Edi pada 19 Desember 2024.
Ia juga menambahkan bahwa pola pacaran di kalangan remaja semakin melibatkan kontak fisik.
“Sebanyak 59,9% remaja perempuan dan 61,2% remaja laki-laki mengaku pernah berpegangan tangan saat berpacaran,” tutup Edi.
Harapan untuk Masa Depan Remaja Indonesia
Generasi muda harus memahami bahwa setiap keputusan yang mereka ambil memiliki dampak jangka panjang.
Pendidikan dan pemahaman yang tepat mengenai kesehatan reproduksi, pentingnya menjaga diri, dan menjaga hubungan yang sehat dalam pacaran dapat membantu mengurangi risiko yang ada.
Para orang tua, pendidik, dan pihak terkait perlu berperan aktif dalam memberikan bimbingan dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan mental dan emosional yang sehat bagi para remaja.
Dengan langkah bersama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah dan sehat bagi generasi penerus bangsa.
Penulis : Ikhwan Rahmansyaf