Garut, Nusantara Media —
Sebuah ledakan dahsyat mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Senin siang (12/5). Insiden ini menewaskan 13 orang, termasuk anggota tim penjinak bahan peledak (Jibom), petugas keamanan, dan warga sekitar. Ledakan terjadi sekitar pukul 13.30 WIB di lokasi terpencil yang telah disterilkan untuk pemusnahan bahan peledak sitaan. Kepolisian Resor Garut menyatakan bahwa prosedur ini bertujuan mencegah penyalahgunaan material oleh pihak tidak bertanggung jawab. Namun, kegagalan teknis yang tidak terduga memicu ledakan di luar kendali saat proses penghancuran berlangsung.
Kapolres Garut, AKBP Rudi Hernawan, menjelaskan bahwa tim telah mengikuti standar operasional namun menemukan faktor tak terduga yang masih dalam penyelidikan. “Kami berduka dan memastikan korban mendapat pendampingan maksimal,” tegasnya dalam konferensi pers darurat. Tim gabungan TNI, Polri, Basarnas, dan Dinas Kesehatan Garut segera bergerak untuk mengevakuasi korban dan mengamankan lokasi. Hingga kini, radius 500 meter dari titik ledakan masih dalam pengawasan ketat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Presiden Republik Indonesia menyampaikan belasungkawa melalui pernyataan resmi: “Ini tragedi menyayat hati. Pemerintah akan mengawal investigasi hingga tuntas.” Menteri Dalam Negeri dan Kapolri rencananya mengunjungi lokasi keesokan hari. Sementara itu, puluhan warga yang terdampak ledakan telah mengungsi ke posko darurat. Ledakan juga merusak sejumlah rumah di radius terdekat, dengan pecahan kaca dan dinding retak sebagai bukti guncangan hebat.
Insiden ini memantik kritik publik terhadap efektivitas protokol pemusnahan bahan peledak. Dr. Ahmad Fauzi, pakar keamanan ITB, menjelaskan bahwa proses tersebut melibatkan identifikasi material, isolasi lokasi, dan *controlled detonation*. “Faktor lingkungan seperti suhu atau kesalahan perhitungan jarak aman bisa menjadi kritis,” jelasnya. Data Kepolisian Pusat mencatat, dalam lima tahun terakhir, 98% operasi serupa berhasil tanpa korban jiwa. Tragedi Garut menjadi yang pertama dengan korban signifikan.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri telah mengambil sampel DNA dari keluarga korban. Sejauh ini, mereka berhasil mengidentifikasi 7 dari 13 korban, termasuk tiga anggota Jibom berpengalaman. Proses identifikasi masih berlanjut untuk memastikan data korban akurat.
Penyidik memfokuskan penyelidikan pada tiga kemungkinan: kesalahan prosedur, kegagalan alat, atau sensitivitas bahan peledak yang tidak terdeteksi. “Kami menyita logbook operasi dan rekaman CCTV untuk direkonstruksi,” tambah AKBP Rudi.
Pemerintah Kabupaten Garut membuka layanan konseling gratis bagi keluarga korban dan warga terdampak. Bupati Rudy Gunawan menyatakan, “Kami mengerahkan psikolog dan relawan untuk memulihkan trauma masyarakat.”
Penulis : David
Editor : Admin