Jakarta, Nusantara Media – Tim Nusantara Media baru saja berkesempatan mewawancarai Canro Simarmata, seorang pendaki yang baru saja pulang dari petualangan serunya ke Annapurna Base Camp (ABC), Nepal. Yang membuat perjalanan ini unik, Canro mengaku tidak ada rencana sama sekali untuk mendaki ke sana.
Semuanya bermula dari melihat jadwal libur panjang 11 hari. Dari situ, ide spontan muncul: “Kenapa nggak sekalian mendaki ke Himalaya?”
Berbekal semangat dan latihan rutin, Canro pun memutuskan berangkat. Namun, perjalanan ini tidak sepenuhnya mulus.
Ada banyak drama yang mewarnai langkahnya ke base camp salah satu pegunungan tertinggi di dunia tersebut.

(Foto: Canro Simarmata)
“Awalnya saya kira ini jalur yang cocok buat pemula,” cerita Canro sambil tertawa. “Ternyata kenyataannya jauh lebih berat!”
Masalah pertama muncul bahkan sebelum mendaki dimulai: pesawat tidak bisa mendarat di Bandara Kathmandu karena cuaca buruk.
Tapi, setelah drama itu teratasi, Canro akhirnya bisa menginjakkan kaki di Nepal dan bersiap menuju Annapurna.
Pendakian dimulai dengan melewati tangga-tangga batu yang tak berujung—sebuah ujian fisik dan mental yang sangat berat.
“Rasanya seperti gravitasi di Himalaya ini lebih kuat dari biasanya,” ungkapnya. Langkah demi langkah, rasa lelah mulai menguasai tubuh. Sempat muncul pikiran menyerah karena trek terasa terlalu ekstrem untuk pemula.
Namun semua rasa sakit itu terbayar lunas saat Canro melihat pemandangan pegunungan Himalaya di kejauhan.
“Saya hampir menangis. Ini terlalu indah untuk dipercaya,” katanya dengan mata berbinar.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tips dari Canro: Apa yang Harus Disiapkan?
Buat kamu yang tertarik mengikuti jejak Canro ke Annapurna Base Camp, berikut tips dan persiapan yang ia bagikan:
1. Latihan Fisik Sebelum Berangkat
• Mulailah olahraga rutin minimal 2–3 bulan sebelum keberangkatan.
• Fokus pada kardio (lari, bersepeda) dan kekuatan otot kaki.
2. Pilih Waktu yang Tepat
• Waktu terbaik untuk mendaki adalah Maret–April atau Oktober–November.
• Hindari musim hujan dan musim dingin ekstrem.
3. Persiapan Perlengkapan
• Sepatu trekking anti-air dan nyaman.
• Jaket tebal untuk suhu dingin di atas 3.000 mdpl.
• Trekking pole untuk membantu stabilitas di jalur berbatu.
• Backpack ringan (sekitar 40–50 liter) dengan rain cover.
• Sleeping bag dengan rating suhu dingin (bisa disewa di Kathmandu).
• Headlamp, power bank, dan obat-obatan pribadi.
4. Manajemen Mental
• Mental adalah kunci. “Kalau cuma mengandalkan fisik, gampang tumbang,” kata Canro.
• Selalu ingat tujuanmu dan nikmati proses perjalanan.
5. Logistik & Administrasi
• Urus Trekking Permit dan TIMS Card di Kathmandu.
• Rencanakan itinerary dengan hari cadangan untuk antisipasi cuaca buruk.

Quality Time di Kathmandu
Setelah pendakian selesai, Canro dan tim menghabiskan dua hari di Kathmandu. Aktivitasnya? “Muter-muter toko outdoor, karena harga gear di sini bisa jauh lebih murah dibanding di Indonesia,” ujarnya sambil tertawa. Meski sedikit bosan, waktu santai itu tetap jadi momen berharga untuk mengenang perjalanan luar biasa mereka.
Bagi Canro, perjalanan ke Annapurna Base Camp bukan hanya tentang mencapai tujuan, tetapi juga tentang perjalanan batin: mengalahkan diri sendiri, menikmati keindahan dunia, dan menghargai setiap langkah kecil.
Kalau kamu punya libur panjang dan ingin tantangan baru, mungkin sudah saatnya mempertimbangkan mendaki ke Himalaya. Seperti kata Canro, “Jangan pikirkan terlalu banyak, kadang keputusan spontan justru membawa pengalaman paling berkesan dalam hidupmu.”
Penulis : Ifan Apriyana
Editor : Redaksi
Sumber Berita: Canro Simarmata