Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, terkenal dengan gedung pencakar langit dan kemajuan pesat. Namun, pulau-pulau penyangganya, seperti Pulau Teluk Nipah, masih terpuruk dalam keterbatasan infrastruktur.
Hanya beberapa mil dari Tanjungpinang, pulau ini kekurangan listrik dan air bersih.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Laporan Tim pada Jumat, 1 Agustus 2025, menyebut perjalanan ke Pulau Teluk Nipah di Kelurahan Galang Baru, Kecamatan Sembulang, memakan waktu lebih dari satu jam dengan kapal nelayan. Setiba di pulau, pelantar kayu lapuk menjadi satu-satunya akses ke pemukiman warga.
Sebagian besar rumah berdiri di atas air.
Kasim, ketua kelompok nelayan, mengeluh, “Dua puluh tahun saya di sini, listrik belum ada. Tiap pemilu dijanjikan, tapi hasilnya nol.” Dengan 82 kepala keluarga, warga membayar Rp9.000–Rp11.000 per hari untuk listrik dari mesin diesel. Air bersih juga sulit didapat, meski sumber air tersedia.
Penduduk Pulau Teluk Nipah, mayoritas suku asli dan Tionghoa, hidup dari hasil laut. Program “Kepri Terang” Gubernur Ansar Ahmad belum membawa perubahan. Pulau ini mencerminkan ketimpangan pembangunan di tengah gemerlap Batam, kota kedua paling diminati perantau di Indonesia.
Pemerintah daerah harus segera memeratakan infrastruktur agar warga pulau penyangga tidak lagi hidup dalam keterbatasan.
Penulis : Awang Sukowati