Pandeglang, Nusantara Media – Forum Silaturahmi Musyawarah Warga Gunung Karang, Pandeglang, Banten, dengan tegas menolak rencana pengembangan Gunung Karang sebagai destinasi wisata camping, trekking, dan gowes. Warga menyampaikan deklarasi ini pada Minggu, 27 Juli 2025, untuk menjaga kelestarian alam dan nilai budaya lokal.
Gunung Karang, dengan ketinggian 1.778 mdpl, merupakan gunung berapi stratovolcano di Banten. Gunung ini memiliki potensi aktivitas vulkanik. Selain keindahan alamnya, Gunung Karang terkenal sebagai situs spiritual, terutama karena Sumur Tujuh di puncaknya, yang menjadi tujuan ziarah banyak orang.
Warga menolak pengembangan wisata karena beberapa alasan penting:
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
- Pelestarian Lingkungan
Aktivitas wisata seperti camping dan trekking berisiko merusak ekosistem hutan tropis dan sumber mata air. Masyarakat lokal bergantung pada sumber air ini untuk kehidupan sehari-hari. - Nilai Spiritual dan Budaya
Gunung Karang adalah tempat suci dengan makna spiritual mendalam. Komersialisasi wisata dapat mengurangi kesakralan situs ziarah. - Keterbatasan Infrastruktur
Fasilitas wisata di Gunung Karang masih minim. Pengembangan masif berpotensi membebani lingkungan tanpa manfaat nyata bagi warga. - Bahaya Vulkanik
Sebagai gunung berapi aktif, Gunung Karang berisiko meletus. Aktivitas wisata yang tidak terkendali dapat membahayakan pengunjung.
Ahmad Hidayat (nama disamarkan), Ketua Forum Silaturahmi Musyawarah Warga Gunung Karang, menegaskan bahwa warga tidak menolak wisata secara keseluruhan. Namun, mereka menentang pengembangan yang mengabaikan dampak lingkungan dan budaya. “Gunung Karang adalah warisan leluhur. Kami ingin melindunginya, bukan menjadikannya komoditas,” ujar Ahmad.
Warga meminta pemerintah dan pengelola wisata melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan. Pengembangan wisata tanpa musyawarah berisiko memicu konflik sosial.
Forum Silaturahmi Musyawarah Warga Gunung Karang mengimbau semua pihak menghormati nilai budaya dan kelestarian alam Gunung Karang. Mereka berharap gunung ini tetap menjadi situs alam dan spiritual yang berharga tanpa kehilangan identitasnya. Penolakan ini menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara pariwisata, pelestarian lingkungan, dan penghormatan terhadap budaya lokal.
Penulis : Redaksi