Lampung Selatan, Nusantara Media –
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan peningkatan aktivitas seismik Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Lampung, yang tetap berada pada Status Level II (Waspada) per 15 Mei 2025. Masyarakat dan wisatawan diimbau tidak mendekati kawah aktif dalam radius 2 km menyusul catatan kegempaan dan emisi gas vulkanik.
Berdasarkan laporan Pos Pengamatan Anak Krakatau, asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis teramati setinggi 5-10 meter di atas puncak pada hari pengamatan. Cuaca didominasi berawan hingga berkabut, dengan suhu udara 23,6–30,3°C dan kelembaban mencapai 98%. Angin lemah bertiup ke beberapa arah, sementara ombak laut dilaporkan tenang.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selama 24 jam pemantauan, PVMBG mencatat:
– 1 gempa hybrid/fase banyak dengan amplitudo 17 mm dan durasi 8 detik.
– Tremor mikro (microtremor) terus-menerus dengan amplitudo 1-8 mm (dominan 2 mm), mengindikasikan pergerakan fluida magma atau gas di bawah permukaan.
Meskipun tren kegempaan belum menunjukkan eskalasi signifikan, kombinasi tremor dan emisi gas menjadi perhatian utama para vulkanolog.
Anak Krakatau tetap pada Level II (Waspada) sejak 2012, namun PVMBG menegaskan pentingnya kewaspadaan. Anggi Nuryo Saputro, petugas pos pengamatan, menyatakan, “Masyarakat harus patuh pada rekomendasi jarak aman. Aktivitas erupsi spontan atau longsoran kawah masih mungkin terjadi tanpa peringatan awal.”
Pemerintah setempat telah memasang rambu larangan di zona bahaya dan meningkatkan patroli laut di sekitar pulau. Nelayan dan operator kapal wisata diimbau memperbarui informasi melalui situs MAGMA Indonesia (*https://magma.esdm.go.id*) dan media sosial resmi PVMBG (*https://linktr.ee/PVMBG*).
Pakar Vulkanologi ITB, Dr. Ahmad Basuki, mengingatkan, “Anak Krakatau adalah gunungapi aktif yang tak pernah sepenuhnya stabil. Aktivitas tremor dan deformasi kecil bisa menjadi pertanda akumulasi energi, meski belum pasti mengarah ke erupsi besar.”
PVMBG akan terus memperbarui laporan harian sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana berbasis sains.
Penulis : Tim Nusantara.media