Nusantara Media – Dunia Formula 1 kembali dihebohkan oleh kontroversi yang melibatkan Max Verstappen. Pembalap Red Bull Racing ini kini hanya berjarak satu poin dari larangan balapan setelah insiden dengan George Russell di Grand Prix Spanyol. Dengan total 11 poin penalti dalam 12 bulan terakhir, akankah Verstappen mengubah gaya balapnya yang agresif untuk menghindari sanksi, atau justru tetap mempertahankan pendekatannya yang telah membawanya meraih empat gelar juara dunia?
Max Verstappen, pembalap asal Belanda, telah menjadi salah satu figur dominan di Formula 1 sejak debutnya pada 2015. Dikenal dengan gaya balap yang agresif dan tak kenal kompromi, Verstappen sering kali berada di pusat kontroversi karena manuver berisikonya. Sistem poin penalti Formula 1, yang diperkenalkan untuk menjaga sportivitas dan keselamatan, menetapkan bahwa seorang pembalap akan dilarang tampil dalam satu balapan jika mengumpulkan 12 poin penalti dalam periode 12 bulan. Hingga kini, hanya Kevin Magnussen yang pernah menjalani sanksi ini.
Pada Grand Prix Spanyol 2025, Verstappen terlibat insiden dengan George Russell di lap terakhir. Manuver berbahaya ini mengakibatkan penalti waktu 10 detik dan tambahan tiga poin penalti, membawa total poinnya menjadi 11. Insiden ini juga memicu frustrasi Verstappen, yang mengakui melalui Instagram bahwa manuvernya dipicu oleh ketidakpuasan terhadap strategi ban dan beberapa kejadian setelah restart safety car.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Insiden di Grand Prix Spanyol berawal dari strategi agresif Red Bull yang menerapkan tiga kali pit stop untuk Verstappen, berharap ban yang lebih segar akan memberi keunggulan di akhir balapan. Namun, kehadiran safety car yang terlambat menggagalkan rencana ini, meninggalkan Verstappen dengan ban keras sementara rivalnya menggunakan ban lunak. Saat berusaha mempertahankan posisi, Verstappen bersenggolan dengan Russell, yang dinilai steward sebagai manuver berbahaya, sehingga ia finis di posisi 10 setelah penalti.
Verstappen menegaskan bahwa ia tidak akan mengubah pendekatannya meski hanya satu poin lagi dari larangan balapan. Dalam wawancara dengan Sky Sports F1, ia menyatakan, “Tidak ada yang bisa saya lakukan terkait itu. Kami hanya fokus ke depan dan berusaha melakukan yang terbaik setiap saat. Itu tidak mengubah pendekatan saya.” Pernyataan ini mencerminkan sikapnya yang konsisten untuk tetap setia pada gaya balapnya.
Dengan hanya satu poin lagi dari sanksi, Verstappen berada dalam situasi genting menjelang Grand Prix Kanada dan Austria. Larangan balapan dapat berdampak signifikan pada peluangnya di klasemen kejuaraan, terutama karena ia kini tertinggal 49 poin dari pemimpin klasemen, Oscar Piastri. Selain itu, insiden ini kembali memicu diskusi tentang konsistensi penegakan aturan oleh FIA dan apakah sistem poin penalti saat ini adil bagi pembalap yang sering berada di posisi terdepan.
Reaksi terhadap sikap Verstappen bervariasi. Pengamat seperti Bernie Collins menyoroti tanda-tanda frustrasi dalam bahasa tubuh Verstappen, menunjukkan bahwa tekanan kompetisi mungkin mulai memengaruhinya. Di media sosial, beberapa penggemar mendukung pendekatan keras kepala Verstappen, sementara yang lain mengkritiknya karena dianggap tidak belajar dari insiden sebelumnya. Postingan di X mencerminkan sentimen ini, dengan salah satu pengguna menyatakan bahwa Verstappen “ingin menjadi dirinya sendiri” tanpa terbebani oleh regulasi FIA.
Tantangan terbesar bagi Verstappen adalah menjaga performa puncak tanpa melanggar batas yang dapat memicu poin penalti tambahan. Dengan dua balapan kritis di depan, setiap manuver akan diawasi ketat oleh steward dan rival. Selain itu, performa Red Bull yang tidak konsisten di musim 2025, dibandingkan dengan dominasi McLaren, menambah tekanan pada Verstappen untuk memaksimalkan setiap peluang tanpa mengorbankan poin.
Ke depan, fokus akan tertuju pada bagaimana Verstappen menavigasi Grand Prix Kanada akhir pekan ini. Jika ia berhasil menghindari pelanggaran hingga beberapa poin penalti kedaluwarsa dalam beberapa bulan mendatang, ancaman larangan balapan dapat mereda. Namun, jika ia terus mempertahankan gaya balap agresif, risiko sanksi tetap mengintai, yang dapat mengubah dinamika kejuaraan.
Jangan lewatkan perkembangan terbaru seputar Formula 1 dan drama di lintasan! Kunjungi Nusantara.media untuk berita terkini, analisis eksklusif, dan wawasan mendalam tentang dunia olahraga motor.
Penulis : Ifan Apriyana
Editor : Redaksi