Nusantara Media – Dosen di Universitas Northeastern diketahui menggunakan ChatGPT dalam proses perkuliahan, mencerminkan maraknya pemanfaatan teknologi ini di berbagai bidang, termasuk pendidikan.
Namun, penggunaannya tidak selalu berdampak positif.
Mahasiswi bernama Ella Stapleton menyadari bahwa tugas-tugas yang diberikan dosennya mengandung percakapan hasil dari chatbot AI.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Stapleton mengajukan permintaan resmi untuk mengembalikan biaya kuliahnya.
Ia mendeteksi adanya prompt dalam catatan tugas yang mengarahkan AI untuk menghasilkan jawaban sesuai keinginan pengguna.
Salah satu prompt tersebut berisi instruksi seperti “perluas seluruh area” dan “berikan penjelasan lebih rinci dan spesifik”.
Ia menemukan beberapa teks mengandung ejaan keliru, perintah aneh, dan gambar yang tampak terdistorsi—sistem AI menghasilkan konten seperti itu.
Padahal, program studi bisnis tempat Stapleton menempuh pendidikan justru secara tegas melarang penggunaan kecerdasan buatan tanpa izin serta berbagai bentuk kecurangan akademik.
Ketidaksesuaian itu mendorong Ella Stapleton mengajukan keluhan resmi kepada dosennya, seperti yang melaporkan Newsweek pada Selasa, 20 Mei 2025.
Fenomena ini memperlihatkan sisi lain dari penggunaan AI di kampus.
Dosen, Penggunaan ChatGPT dalam Pendidikan: Tren dan Tantangan
Meskipun begitu, pemakaian ChatGPT dalam lingkungan akademik bukanlah hal baru.
Sebuah laporan pada Januari lalu menunjukkan bahwa hampir 90% tenaga pengajar percaya bahwa mayoritas mahasiswa saat ini telah memanfaatkan teknologi AI, terutama AI generatif.
Sementara itu, Wakil Presiden Inovasi Digital di American Association of Colleges and Universities menyampaikan bahwa sistem pendidikan di Amerika Serikat sedang mengalami transformasi besar akibat kemajuan teknologi seperti Large Language Models (LLMs).
Teknologi memang menimbulkan gangguan dalam dunia pendidikan. Tantangan utamanya adalah mengubah gangguan tersebut menjadi peluang inovasi dalam proses belajar-mengajar.
Kondisi ini sekaligus menjadi refleksi penting bagi masa depan pendidikan, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga secara global, termasuk di Indonesia.
Harapan dan Tantangan Pemanfaatan AI dalam Pendidikan Indonesia
Dunia pendidikan perlu lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi, terutama kecerdasan buatan.
Dosen dan institusi pendidikan sebaiknya tidak hanya mengandalkan alat AI untuk menyampaikan materi, tetapi harus menempatkan guru dan dosen sebagai pusat proses belajar yang bermakna.
Di Indonesia sendiri, adopsi teknologi dalam pembelajaran terus berkembang.
Namun, pengawasan terhadap etika dan kejujuran akademik harus berjalan beriringan.
Harapannya, pendidikan Indonesia dapat mengambil pelajaran dari kasus-kasus seperti ini dengan mendorong lahirnya ekosistem pembelajaran yang adaptif.
Namun, ekosistem tersebut harus tetap menjunjung tinggi nilai integritas dan tanggung jawab.
Dengan langkah yang tepat, teknologi bisa menjadi mitra strategis dalam menciptakan pendidikan yang lebih terbuka, merata, dan berkualitas.
Bukan sebagai jalan pintas yang justru merusak kepercayaan dan esensi dari proses pendidikan itu sendiri.
Penulis : Ikhwan Rahmansyaf
Editor : Redaksi