Ritual Abadi Peringatan Erupsi Krakatau 1883 Jadi Warisan Budaya

- Writer

Jumat, 25 April 2025 - 00:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Labuan, Nusantara Media – Ratusan warga Labuan, Banten, kembali menggelar ritual tahunan Khaul Kalembak di Masjid Agung Al Ittihad, Kamis (8/9).

Acara yang berlangsung khidmat ini menjadi momen refleksi atas tragedi dahsyat erupsi Gunung Krakatau tahun 1883, sekaligus sarana edukasi mitigasi bencana bagi generasi muda.

Ritual yang telah berjalan lebih dari satu abad ini kini mendapat sorotan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta media nasional, yang mendorongnya diusulkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dipimpin oleh H. Mochammad Salwa, keturunan langsung korban erupsi Krakatau, acara diisi dengan doa bersama, pembacaan sejarah bencana, dan pujian kepada Sang Pencipta.

Salwa menekankan, “Khaul Kalembak bukan sekadar tradisi, tapi pengingat bahwa kita hidup di wilayah rawan bencana. Kewaspadaan dan persatuan adalah kunci keselamatan.”

Baca Juga :  Polsek Kalirejo Ungkap Kasus Curat, Pelaku Diamankan

Khaul Kalembak (dalam bahasa Sunda Labuan berarti “terhantam gelombang besar” merujuk pada tsunami setinggi 30 meter yang meluluhlantakkan Kampung Labuan pasca-erupsi Krakatau pada 26-27 Agustus 1883.

Ledakannya terdengar hingga 4.800 km, debu vulkaniknya menggelapkan langit selama empat hari, dan menewaskan 36.000 jiwa secara global—3600 di antaranya tercatat sebagai korban di Labuan. Mesjid kebanggaan warga kala itu pun musnah diterjang gelombang.

“Ritual ini adalah bentuk “collective memory” warga. Meski korban langsung sudah tiada, cucu dan cicit mereka tetap menjaga tradisi ini agar sejarah tak terulang,” ujar peneliti BRIN yang hadir dalam acara.

BRIN menilai Khaul Kalembak layak diangkat sebagai warisan budaya karena memadukan nilai spiritual, kearifan lokal, dan kesadaran bencana.

Selain doa, acara ini menjadi medium edukasi tentang ancaman Krakatau yang masih aktif, termasuk erupsi 2018 lalu. Warga diajak memetakan jalur evakuasi dan menyimpan dokumen penting di tempat aman.

Baca Juga :  Kapolda Banten dan Gubernur Gelar Istighosah untuk Keamanan dan Kedamaian

“Kami ingin anak-anak paham: merawat tradisi ini berarti juga siap siaga menghadapi bencana,” tambah Salwa.

Ritual yang berlangsung pukul 14.30 hingga jelang azan Ashar ini dihadiri lintas generasi, termasuk masyarakat non-korban.

“Ini bukti solidaritas. Bencana bisa datang kapan saja, dan kita harus bersatu,” ujar Siti (45), salah satu peserta.

Meski telah bertahan 140 tahun, ancaman pudarnya ritual ini nyata. Minimnya dokumentasi dan partisipasi generasi muda menjadi tantangan.

BRIN berjanji mendukung pendokumentasian sejarah lisan dan integrasi konten Khaul Kalembak ke kurikulum sekolah. “Kami akan mengadvokasi pengusungannya ke Kemendikbudristek,” tegas perwakilan BRIN.

Sebagai penutup, Salwa berpesan: “Selama laut masih beriak dan Krakatau masih berdiri, Khaul Kalembak harus tetap hidup. Ini warisan leluhur yang menyelamatkan nyawa.”

Penulis : Tim Nusantara.media

Follow WhatsApp Channel nusantara.media untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ratusan Warga Pandeglang Protes Pencemaran Lingkungan oleh CV. GSM
Bem Banten Bersatu Dorong Dialog Terbuka dengan DPRD Provinsi Banten
Tumpahan Batu Bara di Pulau Popole: Aktivis Desak Pemerintah Awasi Ketat dan Pulihkan Ekosistem Laut
Tumpahan Batubara di Pulau Popole Ancam Nelayan Desa Teluk
Ribuan Nelayan Teluk Labuan Tuntut Keadilan: Kompensasi Pencemaran Batubara PT TLP Belum Jelas
Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti Kasus Senjata Ilegal di Jayawijaya
Warga Panimbang dan Sobang Akan Gelar Aksi Tolak Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Perusahaan Sapi Impor Australia.
Babinsa Koramil 0116/Cikeusik Dampingi Penyaluran KKS di Desa Sukamulya

Berita Terkait

Kamis, 4 September 2025 - 19:46 WIB

Ratusan Warga Pandeglang Protes Pencemaran Lingkungan oleh CV. GSM

Kamis, 4 September 2025 - 19:27 WIB

Bem Banten Bersatu Dorong Dialog Terbuka dengan DPRD Provinsi Banten

Kamis, 4 September 2025 - 19:05 WIB

Tumpahan Batu Bara di Pulau Popole: Aktivis Desak Pemerintah Awasi Ketat dan Pulihkan Ekosistem Laut

Kamis, 4 September 2025 - 11:06 WIB

Tumpahan Batubara di Pulau Popole Ancam Nelayan Desa Teluk

Rabu, 3 September 2025 - 22:47 WIB

Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti Kasus Senjata Ilegal di Jayawijaya

Berita Terbaru

Kepulauan Riau

Ismeth Abdullah Gelar Silaturahmi dengan Media di Batam

Kamis, 4 Sep 2025 - 10:42 WIB