Pandeglang, Nusantara Media – Ade Hasan Basri (45), kondektur bus pariwisata asal Pandeglang, Banten, menuntut tanggung jawab penuh dari Loies Tran atas kecelakaan kerja pada 4 Januari 2025. Insiden ini merenggut sebagian tangan kanannya. Akibatnya, ia kehilangan kemampuan bekerja maksimal. “Saya bermimpi membangun rumah layak untuk keluarga. Namun, bahan bangunan terpaksa saya jual untuk biaya pengobatan,” ujar Ade dengan suara bergetar. Kini, ia menandatangani dokumen resmi dengan tangan kiri, simbol ketangguhannya.
Saat bertugas menuju Puncak, Jawa Barat, bus yang Ade operasikan mengalami masalah AC. Gangguan ini diduga memicu kecelakaan fatal. Akibatnya, tim medis harus mengamputasi tangan kanannya. Menurut Kusnadi, pengacaranya, Loies Tran lalai menyediakan alat pelindung diri (APD) dan jaminan sosial. Padahal, PP No. 70/2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) mewajibkan perusahaan memberikan santunan medis, rehabilitasi, dan ganti rugi. Namun, hingga kini, Ade belum menerima kompensasi memadai.
Data Kementerian Ketenagakerjaan RI menunjukkan kecelakaan kerja di sektor transportasi sering terjadi akibat kelalaian perusahaan. Kasus Ade mencerminkan masalah besar: minimnya perlindungan bagi pekerja informal di Indonesia. Oleh karena itu, Ade dan timnya menyerukan intervensi pemerintah. “Ini bukan hanya soal saya, tapi hak seluruh buruh,” tegas Ade dalam pidato emosionalnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kusnadi, yang turun langsung dari kepala tempat korban , mengajak Gubernur Banten Andra Soni dan Wakil Gubernur Dimyati Natakusumah bertindak. “Pak Gubernur, tolong dengar kami. Ini soal hak warga negara setelah 80 tahun kemerdekaan,” serunya. Video pidato ini viral di kalangan aktivis sosial, menginspirasi perjuangan buruh migran dan pekerja informal. “Bismillah, bang adek! Hidup ini perjuangan,” ujar Kusnadi, menjadi simbol perlawanan.
Ade, melalui Kusnadi, menuntut kompensasi berdasarkan JKK, termasuk biaya medis dan rehabilitasi. Selain itu, ia berharap kasusnya mendorong perubahan sistemik dalam perlindungan buruh. “Saya ingin keadilan, bukan hanya untuk saya, tapi untuk semua pekerja,” katanya. Publik kini menanti respons tegas dari Loies Tran dan pemerintah.
Penulis : Redaksi